Oleh
Marion (marion.rebai@gmail.com)
Dewi Pramitha (dewipramitha2013@yahoo.com),
Emilda Sri Anggun (emilda_srianggun@yahoo.com),
Hiriza (ichahiriza@yahoo.co.id),
ABSTRAK
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah implementasi Kurikulum 2013 pada materi Himpunan di SMP Negeri 1 Tanjung Raja Ogan Ilir. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, dapat mempersiapkan diri secara mandiri belajar dalam susasana baru yang berbeda dengan suasana belajar di Sekolah Dasar. Sedangkan bagi guru diharapkan dapat menjadi bahan meningkatkan kemampuan melakukan pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. Terakhir bagi pembuat kebijakan diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 lebih lanjut. Hasil identifikasi ditemukan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: (1) Kompetensi guru yang belum siap karena belum mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013; (2) Kesiapan belajar siswa yang memerlukan waktu cukup lama untuk penyesuaian dari kebiasaan mencatat dan menghafal kepada kebiasaan berfikir ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring; (3) adanya kesalahan ketik dan adanya hirarki materi yang tidak runtut, untuk itu perlunya revisi sumber belajar dalam hal ini buku pegangan siswa dan guru; (4) belum siapnya guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah seperti yang diamanatkan Kurikulum 2013 dan (5) penilaian belum dilakukan secara komprehensif seperti yang diharapkan pada penilaian otentik.
Kata Kunci:
Kurikulum 2013, Masalah Implementasi
PENDAHULUAN
Pada tahun ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terbaru yaitu perubahan kurikulum. Menurut Wahyono (dalam Koran Metropolis,2013) Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak 11 kali. Mulai dari tahun 1947, 1964, 1968, 1974, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan saat ini 2013. Kemdikbud (2012) menyatakan ada 4 (empat) yang hal yang menjadi alasan perlunya perubahan kurikulum, yaitu (1) adanya fenomena negatif yang mengemuka di Indonesia saat ini, (2) adanya persepsi negatif masyarakat terhadap kurikulum saat ini, (3) tantangan abad 21, dan (4) kompetensi yang harus dimiliki di masa depan. Fenomena negatif yang dimaksud adalah sering terjadinya perkelahian (tawuran) pelajar, semakin meluasnya penyalagunaan narkoba, semakin meratanya korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian dan gejolak masyakat. Sedangkan persepsi negatif masyarakat terhadap kurikulum adalah bahwa kurikulum saat ini terlalu menitikberatkan kepada kemampuan kognitif, beban belajar siswa terlalu berat yang terlihat dari adanya materi yang melamapui kemampuan usia kognitifnya dan yang sangat penting yaitu kurang bermuatan karakter. Sementara itu tantangan abad 21 berupa globalisasi, masalah lingkungan hidup dimana populasi penduduk dunia sangat besar, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, Konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan dan posisi Indonesia pada hasil TIMSS dan PISA. Satu diantara kesimpulan yang diambil pemerintah Indonesia dari alasan-alasan tersebut di atas adalah bahwa Kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak dapat mengatasi masalah ada dan tidak dapat diharapkan menjawab tantangan masa depan tersebut di atas. Sehubungan dangan itu, maka Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa memandang perlu melakukan perubahan kurikulum. Kurikulum yang diharapkan tersebut adalah Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013)
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 54 tahun 2013, menyatakan Standar Kompetensi Lulusan yang harus dicapai siswa, untuk SMP/MTs yaitu (1) memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya (sikap); (2) memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian (pengetahuan); (3) Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri; (4) mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, menyatakan bahwa dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi. Tingkat kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.
Tingkat kompetensi yang harus dicapai oleh siswa kelas VII dan Kelas VIII SMP adalah Tingkat IV. Tingkat kompetensi yang menyangkut sikap menunjukkan sikap logis, kritis,analitis, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah, memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar, memiliki sikap terbuka, santun, objektif dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari, dan memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas. Selanjutnya satu di antara Tingkat Kompetensi yang menyangkut muatan materi adalah memahami konsep himpunan dan operasinya serta fungsi dan menyajikan (diagram, tabel, grafik) diajarkan pada kesempatan pertama semester ganjil. Materi Himpunan ini dalam buku siswa Kurikulum 2013 meliputi (1) Menemukan konsep Himpunan (2). Penyajian Himpunan (3). Menemukan Konsep Himpunan Semesta dan Diagram Venn (4). Kardinalitas Himpunan (5). Menemukan Konsep Himpunan Kosong (6). Relasi himpunan: Himpunan Bagian, Himpunan Kuasa dan Kesamaan Dua Himpunan. Selanjutnya pada bagian kedua meliputi (1). Operasi Himpunan (2). Irisan (intersection), (3) Gabungan (Union), (4) Komplemen (Complement) (5). Selisih (Difference) (6). Sifat-sifat Operasi Himpunan dan (7) Penyederhanaan Operasi Himpunan.
Agar siswa memahami konsep himpunan dengan benar dan baik, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tentang Standar Proses sangat menyarankan kepada guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientifics, yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013, penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional. Penilaian otentik dilakukan guru secara berkelanjutan.
SMP Negeri 1 Tanjung Raja merupakan satu di antara 6500 sekolah sasaran implementasi Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanjung Raja ditandai dengan dipanggilnya guru-guru yang mengajar kelas VII untuk mengikuti Diklat sosialisasi Kurikulum 2013 yang dimulai pada tanggal 10 sampai dengan 14 Juli 2013. Selanjutnya pada tanggal 15 Juli 2013, Kurikulum 2013 resmi diberlakukan pada sekolah sasaran di seluruh Indonesia khusus kelas VII untuk SMP.
SMP Negeri 1 Tanjung Raja yang terletak di ibukota Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir memiliki rombongan belajar 19 Kelas dengan rincian 7 rombongan kelas VII, 6 rombongan kelas VIII dan 6 rombongan kelas IX dengan jumlah siswa seluruhnya 702 orang. Terdiri dari 42 orang guru, dan 5 orang pegawai, di antaranya 5 orang guru mengajar matematika. Untuk Kelas VII diajar oleh 2 orang guru, yaitu kelas VII.1 sampai dengan VII.5 diajar oleh guru yang belum ikut Diklat Implementasi Kurikulum 2013 dan kelas VII.6 sampai kelas VII.7 diajar oleh guru yang sudah mengikuti Diklat Implementasi Kurikulum 2013. Siswa kelas VII hampir seluruhnya berasal dari Sekolah Dasar di Tanjung Raja dan sekitarnya dan diterima melalui tes. Dari uraian di atas tersirat bahwa pemerintah terkesan tergesa-gesa memberlakukan Kurikulum 2013. Ini terlihat dari langsung diterapkannya kurikulum 2013 pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 ini, padahal sebelum dilakukan pergantian kurikulum semestinya perlu dilakukan persiapan–persiapan yang matang agar pada saat implementasi kurikulum 2013 disekolah dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Tanpa persiapan yang optimal peluangnya kecil untuk memperoleh hasil yang maksimal terutama dalam hal mengubah paradikma guru, sikap, prilaku dan karakter para guru menjadi yang menjadi ujung tombak mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti tersebut di atas yang di antaranya membentuk karakter siswa dan mendorong siswa supaya mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomonikasikan apa yang telah mereka peroleh.
PERMASALAHAN
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan-permasalahan apa yang muncul akibat implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanjung Raja, khususnya pada pembelajaran Matematika materi Himpunan. Dengan demikian masalah yang akan dicari solusinya dari makalah ini adalah: “Apa masalah-masalah implementasi Kurikulum 2013 pada materi Himpunan di SMP Negeri 1 Tanjung Raja Ogan Ilir?
Tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi masalah-masalah implementasi Kurikulum 2013 pada materi Himpunan di SMP Negeri 1 Tanjung Raja Ogan Ilir.
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru maupun bagi pembuat kebijakan. Bagi siswa diharapkan dapat mempersiapkan diri secara mandiri belajar dalam susasana baru yang berbeda dengan suasana belajar di Sekolah Dasar. Sedangkan bagi guru diharapkan dapat menjadi bahan meningkatkan kemampuan melakukan pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. Terakhir bagi pembuat kebijakan diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 lebih lanjut.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pantauan penulis di SMP Negeri 1 Tanjung Raja diperoleh beberapa permasalahan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, khususnya pada pembelajaran materi Himpunan di Kelas VII. Baik itu dari sudut pandang kompetensi guru, kesiapan siswa, sumber belajar, proses pembelajaran dan penilaian, maupun dari sudut pandang muatan materi ajarnya, yaitu Himpunan. Permasalahan pertama, Kompetensi guru yang mengajar di Kelas VII. Terdapat satu guru yang mengajar di kelas VII.1 sampai kelas VII.5 belum pernah mengikuti Pelatihan atau sosialisasi Kurikulum 2013. Akibatnya pembelajaran yang dilakukan yang bersangkutan cenderung kepada pembelajaran pola lama, yaitu ceramah, tanya jawab dan latihan. Padahal seharusnya menurut Kurikulum 2013, pembelajaran di kelas sangat disarankan menggunakan pendekatan ilmiah (scientifics). Menurut hasil wawancara penulis dengan yang bersangkutan, beliau sudah membaca dan bertanya kepada guru-guru yang mengikuti Pelatihan Sosialisasi Kurikulum 2013, namunn beliau mengakui belum memahami sepenuhnya pendekatan yang bagaimana seharusnya yang dimaksudkan dengan pendekatan ilmiah tersebut. Bukan karena tidak menerima penerapan Kurikulum 2013. Pada awal pertemuan sudah diusahakan menggunakan pendekatan ilmiah yang disarankan Kurikulum 2013, namun siswa terlihat kebingungan. Oleh karena itu, sebagai guru senior yang sudah berpengalaman, pengalaman yang bersangkutan mengajarkan bahwa bila anak terlihat bingung dengan pendekatan yang digunakan, maka tidak ada salahnya menggunakan pendekatan lain yang lebih sesuai sehingga siswa dapat memahami apa yang diajarkan. Bila dengan cara lama siswa sudah cukup mengerti, mengapa tidak digunakan. Sementara itu, guru yang mengajar di Kelas VII.6 dan VII.7 merupakan guru honor, namun sudah mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013 pada bulan Juli 2013 yang lalu. Sesuai dengan amanat hasil pelatihan, yang bersangkutan berupaya menerapkan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara dengan yang bersangkutan diperoleh informasi bahwa pendekatan yang digunakan terlalu banyak waktu yang dihabiskan karena siswa masih kebingungan terutama diminta menyimpulkan hasil pengamatan dan diskusi yang dilakukan.
Kedua, Kesiapan Siswa Belajar. Siswa kelas VII adalah siswa yang baru saja meninggalkan bangku Sekolah Dasar. Di Sekolah Dasar, sebagian besar guru menekankan pada siswa untuk mencatat dan menghafal dengan alasan menurut taksonomi Bloom siswa usia Sekolah Dasar baru mampu ke tingkat kognitif mengetahui dan memahami saja. Ketika di SMP, kebiasaan mencatat dan menghafal masih melekat pada siswa. Siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan penalaran. Sebagai gambaran ketika penulis meminta kesulitan apa yang dialami dalam belajar himpunan, hampir separuh siswa menulis bahwa siswa kesulitan menyelesaikan soal cerita, seperti gambar 1 berikut ini.
Gambar 1. Siswa kesulitan memahami soal cerita
Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah menghendaki siswa agar terbiasa mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring semua mata pelajaran. Dengan demikian ada kesenjangan mendasar antara kesiapan siswa dengan pendekatan ilmiah pada Kurikulum 2013. Artinya penerapan Kurikulum 2013 membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk membuahkan hasil. Mengubah kebiasaan, adalah hal yang tidak mudah dan membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup. Dengan demikian kesiapan belajar siswa, dalam hal ini pola fikir dan kebiasaan siswa, perlu dicermati dan difahami terlebih dahulu sebelum menerapkan pendekatan ilmiah yang diamanatkan Kurikulum 2013.
Ketiga, permasalahan Sumber Belajar. Sumber belajar di sini dibatasi pada buku pegangan siswa dan guru. Pemerintah telah menyediakan buku untuk pegangan siswa dan buku pegangan guru sebagai buku Babon Kurikulum 2013. Penyediaan satu-satunya buku pegangan siswa dalam pembelajaran menjadi sorotan serius para ahli betapa Kurikulum 2013 sangat bagus untuk membangun produktifitas siswa, kreatifitas siswa, inovatif dan afektif siswa, namun pada implementasinya justru kreatifitas dan inovatifitas siswa dipasung dengan disediakannya buku wajib bagi siswa dan guru ini. Artinya bila guru dan siswa benar-benar diwajibkan menggunakan buku pegangan ini dalam pembelajaran, maka bagaimana guru dapat menumbuhkan kreatifitas siswa misalnya. Berbeda halnya bila hal itu tidak wajib, maka guru leluasa berkreasi membelajarkan siswa menggunakan berbagai buku sumber. Guru yang kreatif biasanya menginspirasi siswa menjadi kreatif. kreativitas guru dalam pembelajaran dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar demikian kesimpulan Astutiningsih (2012). Permasalahan lain adalah konten buku pegangan ini. Hasil wawancara dengan guru kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Raja diperoleh informasi bahwa isi buku membingungkan siswa dan guru. Hirarki pengetahuan yang terdapat di dalamnya tidak runtut. Misalnya pada halaman 6 buku siswa, ketika menyimpulkan masalah 1.1, penulis buku menyebutkan ‘himpunan semesta’, padahal arah pembicaraan seharusnya mengarah ke definisi himpunan. Himpunan semesta baru dibahas pada sub judul berikutnya. Lihat gambar 2.
Gambar 2. Kesimpulan yang membingungkan siswa
Masalah kecil lain namun cukup mengganggu bagi siswa adalah kesalahan pengetikan, seperti pada halaman 15 tertulis ‘5. Menemukan Konsep Himpunan Semesta’, seharusnya ditulis ‘5.Menemukan Konsep Himpunan Kosong’, karena di bawah sub judul tersebut dibahas konsep himpunan kosong. Lihat gambar 3.
Gambar 3. Kesalahan subjudul yang cukup mengganggu pemahaman siswa
Keempat, proses pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sangat menyarankan proses pemelajaran yang menyentuh ketiga ranah kompetensi siswa, yaitu ranah pengetahuan (kognitif), ranah sikap (afektif) dan ranah keterampilan (psikomotor). Ranah kognitif (Pengetahuan) diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Ranah Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Sedangkan ranah Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Pendekatan pembelajaran untuk itu adalah pendekatan ilmiah (scientifics), pembelajaran berbasis penelitian (inquiry learning) dan pembelajaran berbasis masalah (project based learning). Sesuai dengan uraian terdahulu, proses pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Raja belum sepenuhnya menerapkan proses pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. Hasil wawancara dengan guru kelas VII diperoleh informasi bahwa materi yang harus diajarkan terlalu banyak. Jika menerapkan seluruhnya proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah maka dikhawatirkan materi tidak dapat disampaikan seluruhnya. Hal ini disebabkan karena siswa dan guru belum siap secara mental menerapakan Kurikulum 2013, walaupun sudah mengikuti pelatihan sosialisasi kurikulum.
Kelima, penilaian. Penilaian di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Raja secara tertulis belum dilakukan komprehensif sebagaimana yang disarankan dalam penilaian otentik pada Kurikulum 2013. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian menyebutkan penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. Sebenarnya penilaian yang dilakukan guru kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjung Raja tersirat sudah komprehensif, hanya saja secara administratif belum ada bukti tertulis adanya penilaian ranah afektif misalnya, karena memang tidak diminta dan lagi pula sangat rumit seperti yang pernah diterapkan pada awal penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Permasalahan-permasalahan di atas tidak seharusnya muncul bila penerapan Kurikulum 2013 dilakukan dengan pertimbangan dan perencanaan matang. Jauh dari kesan tergesa-gesa atau hanya mengejar target proyek. Tidak ada perubahan yang permanen yang dapat dilakukan secara cepat. Namun begitu kita tetap mencoba memperbaikinya secara bertahap, sebab tidak ada kata surut untuk nasib generasi bangsa di masa depan.
PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang muncul pada implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanjung Raja khususnya pada pembelajaran materi himpunan, yaitu di antaranya: (1) Kompetensi guru yang belum siap karena belum mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013; (2) Kesiapan belajar siswa yang memerlukan waktu cukup lama untuk penyesuaian dari kebiasaan mencatat dan menghafal kepada kebiasaan berfikir ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring; (3) adanya kesalahan ketik dan adanya hirarki materi yang tidak runtut, untuk itu perlunya revisi sumber belajar dalam hal ini buku pegangan siswa dan guru; (4) belum siapnya guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah seperti yang diamanatkan Kurikulum 2013 dan (5) penilaian belum dilakukan secara komprehensif seperti yang diharapkan pada penilaian otentik.
Sebagai saran kepada siswa untuk terus-menerus dianjurkan membaca sumber belajar lain selain buku pegangan siswa dan bagi guru untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemapuannya dalam melaksanakan pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013. Terakhir bagi pembuat kebijakan kiranya temuan-temuan yang diuraikan di atas dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Astutiningsih, Widia. 2012. Pengaruh Kreativitas Guru dalam PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ngulakan Karangsari Pengasih Kulon Progo TahunAjaran 2011/2012. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Kemdikbud RI. 2013. Matematika SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian