SELAMAT DATANG SAUDARAKU. SEMAKIN KITA BERBAGI, SEMAKIN BANYAK BAGIAN KITA

Saturday, April 12, 2014

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SAINTIFIK




1. PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2006)
Penguasaan matematika melalui pembelajaran matematika sekolah menengah pertama menurut Depdiknas (dalam Wardhani, 2008) memiliki tujuan (1) memahami konsep matematika, (2) mengembangkan penalaran matematis, (3) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, (4) mengembangkan kemampuan komnikasi matematis dan (5) mengembangkan sikap menghargai matematika. Tujuan pembelajaran matematika ini dalam Kurikulum 2013 terangkum dalam 4 (empat) Kompetensi Inti yaitu Kompetensi Sikap Spritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan. Kompetensi sikap spritual dalam pembelajaran matematika dikembangkan melalui kompetensi dasar menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya. Kompetensi sikap sosial dikembangkan melalui kompetensi dasar:
2.1 Menunjukkan sikap logis, kritis, analitik, konsisten dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
2.2 Memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika serta memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
2.3 Memiliki sikap terbuka, santun, objektif, menghargai pendapat dan karya teman dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
Selanjutnya kompetensi pengetahuan matematika yang minimal harus dikuasai peserta didik tingkat SMP meliputi dasar-dasar bilangan, aljabar, geometri, statistika dan peluang. Sedangkan kompetensi keterampilan matematika meliputi antara lain keterampilan menggunakan konsep matematika dalam pemecahan masalah, mengumpulkan, mengolah, menginterpretasi dan menyajikan data hasil pengamatan dan melakukan percobaan menemukan peluang empirik
Sehubungan dengan tujuan pembelajaran matematika dan kompetensi-kompetensi yang harus dikembangkan di atas, maka diperlukan strategi pembelajaran matematika yang dapat menumbuh-kembangkan semua potensi peserta didik baik dari aspek sikap, aspek pengetahuan maupun aspek keterampilan. Untuk itu pemerintah menawarkan pendekatan pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013, yaitu pendekatan pembelajaran saintifik (scientifics approach).
Pola bilangan dan barisan merupakan satu di antara materi yang diajarkan Kurikulum 2013 pada Sekolah Menengah Pertama mulai dari kelas VII sampai kelas IX,dengan rincian. Pada makalah ini dibahas pembelajaran Pola Bilangan dan Barisan Bilangan menggunakan pendekatan saintifik.


2. TEORI BELAJAR-MENGAJAR MATEMATIKA YANG RELEVAN

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Kemendikbud (2013) adalah pembelajaran yang dirancang agar peserta didik aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalaui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan kesimpulan bahkan sampai pada tahap mencipta. Penerapan metode saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
Pendekatan pembelajaran saintifik memiliki karakteristik (1) berpusat kepada siswa, (2) melibatkan keteampilan proses sains dan mengkontruksi konsep, hukum atau prinsip dan (3) melibatkan proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa (Kemdikbud, 2013). Karakteristik tersebut memungkinkan siswa secara aktif membangun pengetahuannya melalui keterampilan proses sains dan mengembangkan potensi kognitif yang dimilikinya. Sehubungan dengan ini pembelajaran saintifik menurut Kemdikbud (2013) bertujuan (1) meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; (3) memperoleh hasil belajar yang tinggi; (4) melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah dan (5) mengembangkan karakter siswa.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik ini menurut Kemdikbud (2013) sangat relevan dengan teori-teori pembelajaran matematika yaitu teori penemuan dari Bruner, teori perkembangan kognitif dari Piaget dan teori belajar dari Vigotsky.

a. Teori Belajar Penemuan dari Bruner
Teori Bruner (dalam Bruner (dalam Carin & Sund, 1975) yang dikutip oleh Kemendikbud (2013) meliputi empat hal, (1) individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya, (2) dengan melakukan proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik, (3) satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan dan (4) dengan melakukan penemuan, retensi ingatan siswa akan menguat. Keempat hal ini menjadi landasan pengembangan aspek kognitif peserta didik dalam pendekatan saintifik.

b. Teori Perkembangan Kognitif dari Piaget

Menurut Piaget (dalam Bell, 1981:100) perkembangan intelektual sebagai proses asimilasi dan akomodasi dari informasi yang memasuki struktur mental. Asimilasi merupakan proses terus-menerus dimana informasi dan pengalaman baru bergabung membentuk struktur mental dan akomodasi merupakan hasil dari membangun kembali struktur mental akibat informasi dan pengalaman baru tersebut. Proses asimilasi dan akomodasi sebagai proses kognitif selalu digunakan dalam kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasian gagasan yang merupakan proses pembelajaran saintifik.

c. Teori Belajar Vigotsky

Vygotsky menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, tetapi tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan, atau tugas itu berada dalam zone of proximal development, yaitu daerah yang terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini, yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu, seperti dikutip Kemdikbud (2013) dari (Nur dan Wikandari, 2000:4). Kemampuan pemecahan masalah tergambar dalam langkah-langkah pembelajaran saintifik yakni mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan gagasan. Oleh karena itu teori Vigotsky berkaitan erat dengan pendekatan pembelajaran saintifik.


3. RENCANA PEMBELAJARAN
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik disusun sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81A lampiran 4 dengan langkah sebagai berikut:
a. Mengkaji silabus, meliputi kegiatan merumuskan indikator dan rincian kegiatan pembelajaran
b. Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar. Pada makalah ini penulis mengambil materi pokok Pola Bilangan, Barisan dan Deret Aritmetika.
c. Menentukan Tujuan Pembelajaran dengan mengacu kepada indikator dan sedikitnya mengandung dua aspek: (1) peserta didik (audience) dan (2) kemampuan (behaviour).
d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran, yang terdiri dari Kegiatan Pendahuluan, Kegiatan Inti dan Kegiatan Penutup. Kegiatan Pendahuluan meliputi kegiatan penyiapan psikis dan fisik peserta didik, mengajukan pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari terkait dengan materi yang akan dipelajari, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan informasi kegiatan belajar. Sedangkan kegiatan inti meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi/mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Terakhir kegiatan penutup meliputi kegiatan merangkum, refleksi, penguatan dan pemberian tugas serta informasi pembelajaran berikutnya.
e. Penjabaran Jenis Penilaian, meliputi teknik penilaian, bentuk penilaian, kisi-kisi instrumen penilaian, instrumen penilaian pedoman penskoran.
f. Menentukan Alokasi Waktu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan dan tingkat kepentingan KD
g. Menentukan Sumber Belajar berupa media cetak, narasumber, dan lingkungan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi pokok Barisan dan Deret Aritmetika secara lengkap terlampir

4. BAHAN PEMBELAJARAN

1. Pola bilangan banyak ditemukan pada benda-benda sekitar. Satu di antaranya adalah pola bilangan yang dapat ditemukan pada pola anyaman, seperti gambar berikut:






2. Barisan dan Deret Aritmetika
 Barisan aritmetika adalah susunan bilangan dimana selisih dua suku berurutan tetap
 Deret aritmetika adalah jumlah suku-suku pada barisan aritmetika
 Suku ke-n barisan aritmetika ditulis: Un = a + (n-1)b; dimana a = suku pertama dan b = beda atau selisih dua suku berurutan serta n = banyak suku
 Jumlah sampai n suku pertama deret aritmetika ditulis: Sn = (2a + (n-1)b)
3. Bahan ajar secara rinci tercantum dalam Lembar Aktivitas Siswa (LAS) sebagaimana terlampir



DAFTAR PUSTAKA

Bell, Frederick H.1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Scholl). Iowa,USA: Wm C. Brown Company
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2013. Panduan Penguatan Proses Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: -

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 81A tahun 2013 Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL untuk Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Jogyakarta: PPPPTK Matematika



Silahkan download 1. RPP materi terkait 2. Slide Presentasi materi terkait
baca selengkapnya...

Wednesday, January 1, 2014

MENANAMKAN KARAKTER LEWAT LAGU


(Sebuah Video Pembelajaran Karakter)
Email:  marion70@mail.go.id

Pendidikan Karakter sangat mendesak untuk dilakukan dalam proses pembelajaran. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk itu. Satu di antaranya adalah menanamkan karakter melalui lagu. Sehubungan dengan ini penulis sebagai praktisi pendidikan di Sekolah Menengah Pertama mencoba berkreasi menanamkan karakter pada siswa yang diasuh dengan menggubah sebuah lagu mars kelas. Dalam hal ini adalah mars kelas IX.3 SMP Negeri 1 Tanjung Raja, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Lagu ini diadaptasi dari  lagu anak-anak yang sudah melegenda, yaitu lagu Menanam Jagung. Maksud adaptasi di sini adalah mengubah syairnya, disesuaikan dengan kebutuhan. Sementara lirik lagu tidak diubah sama sekali. Syair lagu ini berisi ajakan kepada semua warga kelas  untuk membiasakan kebiasaan-kebiasaan atau karakter positif dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter yang hendak ditanamkan dari lagu ini adalah Santun, Menjaga Martabat, Amanah, Respek (Peduli) dan Takwa. Karakter-karakter ini merupakan kepanjangan dari akronim "SMART". Smart merupakan motto siswa kelas IX.3 yang penulis asuh. Kelima karakter ini diupayakan senantiasa mewarnai kehidupan siswa kelas IX.3 yang salah satunya ditanamkan lewat lagu mars ini.

Syair lagu Mars IX.3 ini selengkapnya adalah:

Ayo kawan kita bersama
Jaga martabat di kelas kita
Sembilan Tiga SMART siswanya
Sembilan Tiga Kebanggaan kita semua

Santun, Takwa, Bermartabat
Menjaga Amanah, dan peduli
Santun, Takwa, Bermartabat
Menjaga Amanah, dan peduli

Sembilan Tigaa....SMART, Yess !!

 

Lagu Mars ini silahkan didownload digunakan sesuai kebutuhan namun mohon tetap dituliskan sumber aslinya demi memelihara hak cipta untuk berkreatifitas. Semoga bermanfaat. (Marion-2013)
baca selengkapnya...

Saturday, December 21, 2013

IDENTIFIKASI MASALAH IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATERI HIMPUNAN DI SMP NEGERI1 TANJUNG RAJA OGAN ILIR

Oleh
Marion (marion.rebai@gmail.com)
Dewi Pramitha (dewipramitha2013@yahoo.com),
Emilda Sri Anggun (emilda_srianggun@yahoo.com),
Hiriza (ichahiriza@yahoo.co.id),


ABSTRAK
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi masalah-masalah implementasi Kurikulum 2013 pada materi Himpunan di SMP Negeri 1 Tanjung Raja Ogan Ilir. Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, dapat mempersiapkan diri secara mandiri belajar dalam susasana baru yang berbeda dengan suasana belajar di Sekolah Dasar. Sedangkan bagi guru diharapkan dapat menjadi bahan meningkatkan kemampuan melakukan pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. Terakhir bagi pembuat kebijakan diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 lebih lanjut.
Hasil identifikasi ditemukan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: (1) Kompetensi guru yang belum siap karena belum mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013; (2) Kesiapan belajar siswa yang memerlukan waktu cukup lama untuk penyesuaian dari kebiasaan mencatat dan menghafal kepada kebiasaan berfikir ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring; (3) adanya kesalahan ketik dan adanya hirarki materi yang tidak runtut, untuk itu perlunya revisi sumber belajar dalam hal ini buku pegangan siswa dan guru; (4) belum siapnya guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah seperti yang diamanatkan Kurikulum 2013 dan (5) penilaian belum dilakukan secara komprehensif seperti yang diharapkan pada penilaian otentik.
Kata Kunci: Kurikulum 2013, Masalah Implementasi

PENDAHULUAN
Pada tahun ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terbaru yaitu perubahan kurikulum. Menurut Wahyono (dalam Koran Metropolis,2013) Indonesia telah mengalami pergantian kurikulum sebanyak 11 kali. Mulai dari tahun 1947, 1964, 1968, 1974, 1975, 1984, 1994, 1997, 2004, 2006, dan saat ini 2013. Kemdikbud (2012) menyatakan ada 4 (empat) yang hal yang menjadi alasan perlunya perubahan kurikulum, yaitu (1) adanya fenomena negatif yang mengemuka di Indonesia saat ini, (2) adanya persepsi negatif masyarakat terhadap kurikulum saat ini, (3) tantangan abad 21, dan (4) kompetensi yang harus dimiliki di masa depan. Fenomena negatif yang dimaksud adalah sering terjadinya perkelahian (tawuran) pelajar, semakin meluasnya penyalagunaan narkoba, semakin meratanya korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam ujian dan gejolak masyakat. Sedangkan persepsi negatif masyarakat terhadap kurikulum adalah bahwa kurikulum saat ini terlalu menitikberatkan kepada kemampuan kognitif, beban belajar siswa terlalu berat yang terlihat dari adanya materi yang melamapui kemampuan usia kognitifnya dan yang sangat penting yaitu kurang bermuatan karakter. Sementara itu tantangan abad 21 berupa globalisasi, masalah lingkungan hidup dimana populasi penduduk dunia sangat besar, pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, Konvergensi ilmu dan teknologi, ekonomi berbasis pengetahuan, kebangkitan industri kreatif dan budaya, pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains, mutu, investasi dan transformasi pada sektor pendidikan dan posisi Indonesia pada hasil TIMSS dan PISA. Satu diantara kesimpulan yang diambil pemerintah Indonesia dari alasan-alasan tersebut di atas adalah bahwa Kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak dapat mengatasi masalah ada dan tidak dapat diharapkan menjawab tantangan masa depan tersebut di atas. Sehubungan dangan itu, maka Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaa memandang perlu melakukan perubahan kurikulum. Kurikulum yang diharapkan tersebut adalah Kurikulum 2013.

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013)

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 54 tahun 2013, menyatakan Standar Kompetensi Lulusan yang harus dicapai siswa, untuk SMP/MTs yaitu (1) memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya (sikap); (2) memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian (pengetahuan); (3) Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri; (4) mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

Selanjutnya menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi, menyatakan bahwa dalam usaha mencapai Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana telah ditetapkan untuk setiap satuan dan jenjang pendidikan, penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi beberapa Tingkat Kompetensi. Tingkat kompetensi menunjukkan tahapan yang harus dilalui untuk mencapai kompetensi lulusan yang telah ditetapkan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

Tingkat kompetensi yang harus dicapai oleh siswa kelas VII dan Kelas VIII SMP adalah Tingkat IV. Tingkat kompetensi yang menyangkut sikap menunjukkan sikap logis, kritis,analitis, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah, memiliki rasa ingin tahu, percaya diri, dan ketertarikan pada matematika, memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar, memiliki sikap terbuka, santun, objektif dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari, dan memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas. Selanjutnya satu di antara Tingkat Kompetensi yang menyangkut muatan materi adalah memahami konsep himpunan dan operasinya serta fungsi dan menyajikan (diagram, tabel, grafik) diajarkan pada kesempatan pertama semester ganjil. Materi Himpunan ini dalam buku siswa Kurikulum 2013 meliputi (1) Menemukan konsep Himpunan (2). Penyajian Himpunan (3). Menemukan Konsep Himpunan Semesta dan Diagram Venn (4). Kardinalitas Himpunan (5). Menemukan Konsep Himpunan Kosong (6). Relasi himpunan: Himpunan Bagian, Himpunan Kuasa dan Kesamaan Dua Himpunan. Selanjutnya pada bagian kedua meliputi (1). Operasi Himpunan (2). Irisan (intersection), (3) Gabungan (Union), (4) Komplemen (Complement) (5). Selisih (Difference) (6). Sifat-sifat Operasi Himpunan dan (7) Penyederhanaan Operasi Himpunan.

Agar siswa memahami konsep himpunan dengan benar dan baik, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tentang Standar Proses sangat menyarankan kepada guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientifics, yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013, penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional. Penilaian otentik dilakukan guru secara berkelanjutan.

SMP Negeri 1 Tanjung Raja merupakan satu di antara 6500 sekolah sasaran implementasi Kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanjung Raja ditandai dengan dipanggilnya guru-guru yang mengajar kelas VII untuk mengikuti Diklat sosialisasi Kurikulum 2013 yang dimulai pada tanggal 10 sampai dengan 14 Juli 2013. Selanjutnya pada tanggal 15 Juli 2013, Kurikulum 2013 resmi diberlakukan pada sekolah sasaran di seluruh Indonesia khusus kelas VII untuk SMP.

SMP Negeri 1 Tanjung Raja yang terletak di ibukota Kecamatan Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir memiliki rombongan belajar 19 Kelas dengan rincian 7 rombongan kelas VII, 6 rombongan kelas VIII dan 6 rombongan kelas IX dengan jumlah siswa seluruhnya 702 orang. Terdiri dari 42 orang guru, dan 5 orang pegawai, di antaranya 5 orang guru mengajar matematika. Untuk Kelas VII diajar oleh 2 orang guru, yaitu kelas VII.1 sampai dengan VII.5 diajar oleh guru yang belum ikut Diklat Implementasi Kurikulum 2013 dan kelas VII.6 sampai kelas VII.7 diajar oleh guru yang sudah mengikuti Diklat Implementasi Kurikulum 2013. Siswa kelas VII hampir seluruhnya berasal dari Sekolah Dasar di Tanjung Raja dan sekitarnya dan diterima melalui tes. Dari uraian di atas tersirat bahwa pemerintah terkesan tergesa-gesa memberlakukan Kurikulum 2013. Ini terlihat dari langsung diterapkannya kurikulum 2013 pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 ini, padahal sebelum dilakukan pergantian kurikulum semestinya perlu dilakukan persiapan–persiapan yang matang agar pada saat implementasi kurikulum 2013 disekolah dapat membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Tanpa persiapan yang optimal peluangnya kecil untuk memperoleh hasil yang maksimal terutama dalam hal mengubah paradikma guru, sikap, prilaku dan karakter para guru menjadi yang menjadi ujung tombak mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti tersebut di atas yang di antaranya membentuk karakter siswa dan mendorong siswa supaya mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomonikasikan apa yang telah mereka peroleh.

PERMASALAHAN
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan-permasalahan apa yang muncul akibat implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanjung Raja, khususnya pada pembelajaran Matematika materi Himpunan. Dengan demikian masalah yang akan dicari solusinya dari makalah ini adalah: “Apa masalah-masalah implementasi Kurikulum 2013 pada materi Himpunan di SMP Negeri 1 Tanjung Raja Ogan Ilir?

Tujuan penulisan makalah ini adalah mengidentifikasi masalah-masalah implementasi Kurikulum 2013 pada materi Himpunan di SMP Negeri 1 Tanjung Raja Ogan Ilir.

Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru maupun bagi pembuat kebijakan. Bagi siswa diharapkan dapat mempersiapkan diri secara mandiri belajar dalam susasana baru yang berbeda dengan suasana belajar di Sekolah Dasar. Sedangkan bagi guru diharapkan dapat menjadi bahan meningkatkan kemampuan melakukan pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. Terakhir bagi pembuat kebijakan diharapkan dapat menjadi acuan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 lebih lanjut.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pantauan penulis di SMP Negeri 1 Tanjung Raja diperoleh beberapa permasalahan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013, khususnya pada pembelajaran materi Himpunan di Kelas VII. Baik itu dari sudut pandang kompetensi guru, kesiapan siswa, sumber belajar, proses pembelajaran dan penilaian, maupun dari sudut pandang muatan materi ajarnya, yaitu Himpunan. Permasalahan pertama, Kompetensi guru yang mengajar di Kelas VII. Terdapat satu guru yang mengajar di kelas VII.1 sampai kelas VII.5 belum pernah mengikuti Pelatihan atau sosialisasi Kurikulum 2013. Akibatnya pembelajaran yang dilakukan yang bersangkutan cenderung kepada pembelajaran pola lama, yaitu ceramah, tanya jawab dan latihan. Padahal seharusnya menurut Kurikulum 2013, pembelajaran di kelas sangat disarankan menggunakan pendekatan ilmiah (scientifics). Menurut hasil wawancara penulis dengan yang bersangkutan, beliau sudah membaca dan bertanya kepada guru-guru yang mengikuti Pelatihan Sosialisasi Kurikulum 2013, namunn beliau mengakui belum memahami sepenuhnya pendekatan yang bagaimana seharusnya yang dimaksudkan dengan pendekatan ilmiah tersebut. Bukan karena tidak menerima penerapan Kurikulum 2013. Pada awal pertemuan sudah diusahakan menggunakan pendekatan ilmiah yang disarankan Kurikulum 2013, namun siswa terlihat kebingungan. Oleh karena itu, sebagai guru senior yang sudah berpengalaman, pengalaman yang bersangkutan mengajarkan bahwa bila anak terlihat bingung dengan pendekatan yang digunakan, maka tidak ada salahnya menggunakan pendekatan lain yang lebih sesuai sehingga siswa dapat memahami apa yang diajarkan. Bila dengan cara lama siswa sudah cukup mengerti, mengapa tidak digunakan. Sementara itu, guru yang mengajar di Kelas VII.6 dan VII.7 merupakan guru honor, namun sudah mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013 pada bulan Juli 2013 yang lalu. Sesuai dengan amanat hasil pelatihan, yang bersangkutan berupaya menerapkan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara dengan yang bersangkutan diperoleh informasi bahwa pendekatan yang digunakan terlalu banyak waktu yang dihabiskan karena siswa masih kebingungan terutama diminta menyimpulkan hasil pengamatan dan diskusi yang dilakukan.

Kedua, Kesiapan Siswa Belajar. Siswa kelas VII adalah siswa yang baru saja meninggalkan bangku Sekolah Dasar. Di Sekolah Dasar, sebagian besar guru menekankan pada siswa untuk mencatat dan menghafal dengan alasan menurut taksonomi Bloom siswa usia Sekolah Dasar baru mampu ke tingkat kognitif mengetahui dan memahami saja. Ketika di SMP, kebiasaan mencatat dan menghafal masih melekat pada siswa. Siswa tidak terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan penalaran. Sebagai gambaran ketika penulis meminta kesulitan apa yang dialami dalam belajar himpunan, hampir separuh siswa menulis bahwa siswa kesulitan menyelesaikan soal cerita, seperti gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Siswa kesulitan memahami soal cerita

Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah menghendaki siswa agar terbiasa mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat jejaring semua mata pelajaran. Dengan demikian ada kesenjangan mendasar antara kesiapan siswa dengan pendekatan ilmiah pada Kurikulum 2013. Artinya penerapan Kurikulum 2013 membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk membuahkan hasil. Mengubah kebiasaan, adalah hal yang tidak mudah dan membutuhkan kesabaran dan waktu yang cukup. Dengan demikian kesiapan belajar siswa, dalam hal ini pola fikir dan kebiasaan siswa, perlu dicermati dan difahami terlebih dahulu sebelum menerapkan pendekatan ilmiah yang diamanatkan Kurikulum 2013.

Ketiga, permasalahan Sumber Belajar. Sumber belajar di sini dibatasi pada buku pegangan siswa dan guru. Pemerintah telah menyediakan buku untuk pegangan siswa dan buku pegangan guru sebagai buku Babon Kurikulum 2013. Penyediaan satu-satunya buku pegangan siswa dalam pembelajaran menjadi sorotan serius para ahli betapa Kurikulum 2013 sangat bagus untuk membangun produktifitas siswa, kreatifitas siswa, inovatif dan afektif siswa, namun pada implementasinya justru kreatifitas dan inovatifitas siswa dipasung dengan disediakannya buku wajib bagi siswa dan guru ini. Artinya bila guru dan siswa benar-benar diwajibkan menggunakan buku pegangan ini dalam pembelajaran, maka bagaimana guru dapat menumbuhkan kreatifitas siswa misalnya. Berbeda halnya bila hal itu tidak wajib, maka guru leluasa berkreasi membelajarkan siswa menggunakan berbagai buku sumber. Guru yang kreatif biasanya menginspirasi siswa menjadi kreatif. kreativitas guru dalam pembelajaran dapat memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar demikian kesimpulan Astutiningsih (2012). Permasalahan lain adalah konten buku pegangan ini. Hasil wawancara dengan guru kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Raja diperoleh informasi bahwa isi buku membingungkan siswa dan guru. Hirarki pengetahuan yang terdapat di dalamnya tidak runtut. Misalnya pada halaman 6 buku siswa, ketika menyimpulkan masalah 1.1, penulis buku menyebutkan ‘himpunan semesta’, padahal arah pembicaraan seharusnya mengarah ke definisi himpunan. Himpunan semesta baru dibahas pada sub judul berikutnya. Lihat gambar 2.

Gambar 2. Kesimpulan yang membingungkan siswa

Masalah kecil lain namun cukup mengganggu bagi siswa adalah kesalahan pengetikan, seperti pada halaman 15 tertulis ‘5. Menemukan Konsep Himpunan Semesta’, seharusnya ditulis ‘5.Menemukan Konsep Himpunan Kosong’, karena di bawah sub judul tersebut dibahas konsep himpunan kosong. Lihat gambar 3.

Gambar 3. Kesalahan subjudul yang cukup mengganggu pemahaman siswa

Keempat, proses pembelajaran. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, proses pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sangat menyarankan proses pemelajaran yang menyentuh ketiga ranah kompetensi siswa, yaitu ranah pengetahuan (kognitif), ranah sikap (afektif) dan ranah keterampilan (psikomotor). Ranah kognitif (Pengetahuan) diperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Ranah Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Sedangkan ranah Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Pendekatan pembelajaran untuk itu adalah pendekatan ilmiah (scientifics), pembelajaran berbasis penelitian (inquiry learning) dan pembelajaran berbasis masalah (project based learning). Sesuai dengan uraian terdahulu, proses pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Raja belum sepenuhnya menerapkan proses pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. Hasil wawancara dengan guru kelas VII diperoleh informasi bahwa materi yang harus diajarkan terlalu banyak. Jika menerapkan seluruhnya proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah maka dikhawatirkan materi tidak dapat disampaikan seluruhnya. Hal ini disebabkan karena siswa dan guru belum siap secara mental menerapakan Kurikulum 2013, walaupun sudah mengikuti pelatihan sosialisasi kurikulum.

Kelima, penilaian. Penilaian di kelas VII SMP Negeri 1 Tanjung Raja secara tertulis belum dilakukan komprehensif sebagaimana yang disarankan dalam penilaian otentik pada Kurikulum 2013. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian menyebutkan penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. Sedangkan penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan keterampilan. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut. Sebenarnya penilaian yang dilakukan guru kelas VII di SMP Negeri 1 Tanjung Raja tersirat sudah komprehensif, hanya saja secara administratif belum ada bukti tertulis adanya penilaian ranah afektif misalnya, karena memang tidak diminta dan lagi pula sangat rumit seperti yang pernah diterapkan pada awal penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Permasalahan-permasalahan di atas tidak seharusnya muncul bila penerapan Kurikulum 2013 dilakukan dengan pertimbangan dan perencanaan matang. Jauh dari kesan tergesa-gesa atau hanya mengejar target proyek. Tidak ada perubahan yang permanen yang dapat dilakukan secara cepat. Namun begitu kita tetap mencoba memperbaikinya secara bertahap, sebab tidak ada kata surut untuk nasib generasi bangsa di masa depan.

PENUTUP
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang muncul pada implementasi Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Tanjung Raja khususnya pada pembelajaran materi himpunan, yaitu di antaranya: (1) Kompetensi guru yang belum siap karena belum mengikuti pelatihan sosialisasi Kurikulum 2013; (2) Kesiapan belajar siswa yang memerlukan waktu cukup lama untuk penyesuaian dari kebiasaan mencatat dan menghafal kepada kebiasaan berfikir ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan membuat jejaring; (3) adanya kesalahan ketik dan adanya hirarki materi yang tidak runtut, untuk itu perlunya revisi sumber belajar dalam hal ini buku pegangan siswa dan guru; (4) belum siapnya guru dan siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah seperti yang diamanatkan Kurikulum 2013 dan (5) penilaian belum dilakukan secara komprehensif seperti yang diharapkan pada penilaian otentik.

Sebagai saran kepada siswa untuk terus-menerus dianjurkan membaca sumber belajar lain selain buku pegangan siswa dan bagi guru untuk terus meningkatkan pengetahuan dan kemapuannya dalam melaksanakan pembelajaran sesuai tuntutan Kurikulum 2013. Terakhir bagi pembuat kebijakan kiranya temuan-temuan yang diuraikan di atas dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Astutiningsih, Widia. 2012. Pengaruh Kreativitas Guru dalam PembelajaranTerhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ngulakan Karangsari Pengasih Kulon Progo TahunAjaran 2011/2012. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
Kemdikbud RI. 2013. Matematika SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian
baca selengkapnya...

Friday, December 20, 2013

SEPUTAR KURIKULUM 2013


Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diimplementasikan pemerintah sebagai pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dianggap tidak cukup untuk menjawab tuntutan kemajuan zaman.
Kurikulum 2013 yang baru diujicobakan pada beberapa sekolah dengan jumlah terbatas ini rencananya akan diberlakukan secara penuh pada tahun 2015 mendatang.

Sehubungan dengan itu, untuk menyambut pemberlakukan Kurikulum 2013 tersebut, kita sebagai guru tidaklah salah untuk bersiap-siap. Setidak-tidaknya tahu walau sepintas 'makhluk' apakah Kurikulum 2013 itu? Bagi rekan-rekan guru khususnya guru SMP yang membutuhkan informasi seputas Kurikulum 2013, silahkan download link-link berikut

Regulasi tentang Kurikulum 2013
1. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan
2. Peraturan mendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang Stnadar Kompetensi Lulusan dan Lampiran
3. Permendikbud nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dan Lampiran.
4. Permendikbud nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian dan Lampiran
5. Permendikbud nomor 67 tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SD/MI dan Lampiran
6. Permendikbud nomor 68 tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SMP/MMTs dan Lampiran
7. Permendikbud nomor 69 tahun 2013 tentang Struktur Kurikulum SMA/MA dan Lampiran
8. Permendikbud nomor 70 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Strukutur Kurikulum SMK/MAK
9. Permendikbud nomor 71 tahun 2013 tentang Buku Teks Layak dan Lampiran
10. Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dan Lampiran
11. Permendikbud nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi dan Lampiran
12. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Buku Siswa dan Guru
1. Buku Matematika Siswa Kelas 7
2. Buku Matematika Siswa Kelas 10
3. Buku Matematika Pegangan Guru Kelas 7
4. Buku Matematika Pegangan Guru Kelas 10

RPP dan Silabus untuk SMP
1. Contoh RPP untuk SMP semua mapel
2. Silbaus Matematika SMP kelas 7

Informasi Penunjang:
1.Panduan Pembelajaran SMP
2.Model Penilaian SMP

Materi Pelatihan:
1. Matematika SMP
2. Bahasa Indonesia SMP
3. Bahasa Inggris SMP
4. IPA SMP
5. IPS SMP
6. Prakarya SMP
7. Penjaskes SMP
8. Seni Budaya SMP
9. Matematika SMA
10.Sejarah SMA
11.Bahasa Indonesia SMA
12.Matematika SMK

Materi Presentasi Kurikulum 2013
1. Matematika SMP
2. Bahasa Indonesia SMP
3. Bahasa Inggris SMP
4. IPA SMP
5. IPS SMP
6. Prakarya SMP
7. Penjaskes SMP
8. Seni Budaya SMP
9. Matematika SMA
10.Sejarah SMA
11.Bahasa Indonesia SMA
12. Tematik SD




Semoga Bermanfaat.



baca selengkapnya...

Saturday, December 14, 2013

ONTOLOGI






Marion, S.Pd.,
Email: marion70@mail.go.id


1.    Pendahuluan

Filsafat secara etimilogi berasal dari bahasa Arab yaitu “Falsafah”. Kata ini berpadanan dengan kata “philos” berarti cinta dan “logos” berarti kebijaksanaan dalam bahasa  Yunani.  Dengan demikian Filsafat dapat diartikan mencintai kebijaksanaan. Filsuf adalah sebutan untuk orang yang ahli filsafat. Seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat.
Sedangkan secara terminologi memiliki arti beragam sesuai kecenderungan pemikiran filsuf yang mengungkapkannya. Dari banyak terminologi pengertian filsafat yang diungkapkan para ahli dapat dijelaskan bahwa filsafat hakikatnya adalah upaya pemikiran manusia untuk mengetahui hakikat atau kebenaran segala sesuatu yang ada.
Ada tiga cabang utama kajian filsafat, yaitu (1) logika, mengkaji apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah; (2) etika, mengkaji apa yang baik dan apa yang buruk; (3) estetika, mengkaji apa yang indah dan apa yang jelek. Ketiga cabang utama ini selanjutnya berkembang menjadi banyak cabang filsafat, satu di antaranya adalah filsafat ilmu.
Filsafat ilmu, menurut Suriasumantri(2007, 33-34) merupakan telaah filsafat yang ingin menjawab tiga kelompok pertanyaan mengenai hakikat ilmu: (1) Kelompok pertanyaan yang sering disebut landasan ontologis ilmu pengetahuan, yaitu pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang dikaji oleh ilmu pengetahuan,  (2) Kelompok pertanyaan yang disebut landasan epistemologis ilmu pengetahuan, yaitu pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan, dan (3) Kelompok pertanyaan yang disebut landasan axiologis pengetahuan, yaitu pertanyaan-pertanyaan seputar untuk apa ilmu pengetahuan tersebut dipergunakan.
Selanjutnya dalam kajian ini, penulis akan membahas khusus seputar landasan ontologis ilmu pengetahuan.


2.    Definisi Ontologi

Ontologi merupakan kajian utama filsafat, di samping epistemologi dan axiologi. Istilah ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu  On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Sedangkan menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak (Bakhtiar, 2004).
Suriasumantri (2007), menulis ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan (a) apakah obyek ilmu yang akan ditelaah? (b) bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan (c) bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Soetriono dan Hanafie (2007), bahwa ontologi  merupakan azas dalam menerapkan batas atau ruang lingkup wujud yang menjadi obyek penelaahan (obyek ontologis atau obyek formal dari pengetahuan) serta penafsiran tentang hakikat realita (metafisika) dari obyek ontologi atau obyek formal tersebut dan dapat merupakan landasan ilmu yang menanyakan apa yang dikaji oleh pengetahuan dan biasanya berkaitan dengan alam kenyataan dan keberadaan.
Dari beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa ontologi dapat didefinisikan sebagai kajian filsafat tentang hakikat segala sesuatu yang ada, baik kongkrit maupun abstrak.
3.    Objek Kajian Ontologi
Objek telaahan ontologi secara umum adalah “yang ada”. Yang ada ini dapat diartikan sebagai ada  individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk kosmologi dan metafisika dan ada sesudah kematian maupun sumber segala yang ada, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pengatur serta Penentu alam semesta.
Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Hakikat kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang, yaitu (1) kuantitatif, dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?; dan (2) kualitatif, dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.

4.    Konsep ontologi

Ada lima konsep yang dikembangkan dalam ontologi, yaitu:
1)   Umum dan tertentu;
Umum (universal) adalah sesuatu yang pada umumnya dimiliki oleh sesuatu sedangkan tertentu (particular) adalah entitas nyata yang terdapat pada ruang dan waktu;
2)   Kesengajaan (substance) dan ketidaksengajaan (accident).
Kesengajaan adalah petunjuk yang dapat menggambarkan sebuah obyek sedangkan ketidaksengajaan dalam filsafat adalah atribut yang mungkin atau tidak mungkin dimiliki oleh sebuah obyek
3)   Abstrak dan kongkrit.
Abstrak adalah obyek yang ”tidak ada” dalam ruang dan waktu tertentu, tetapi ”ada” pada sesuatu yang tertentu, contohnya: ide. Sedangkan kongkrit adalah obyek yang ”ada” pada ruang tertentu dan mempunyai orientasi untuk waktu tertentu.
4)   Esensi dan eksistensi
Esensi adalah atribut atau beberapa atribut yang menjadi dasar keberadaan sebuah obyek sedangkan eksistensi adalah kenyataan akan adanya suatu obyek yang dapat dirasakan oleh indera.
5)   Determinisme dan indeterminisme.
Determinisme adalah pandangan bahwa setiap kejadian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kejadian-kejadian sebelumnya sedangkan indeterminisme merupakan kebalikan determinisme.

5.    Aspek Ontologis
 Aspek ontologis pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya diuraikan secara (1) metodis, yaitu menggunakan cara ilmiah; (2) sistematis, yaitu saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan; (3) koheren, yaitu unsur-unsurnya tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan; (4) rasional, yaitu harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis); (5) komprehensif, yaitu melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara multidimensional – atau secara keseluruhan (holistik); (6) radikal, yaitu diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya; dan (7) universal, yaitu muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.


6.    Metode dalam Ontologi
Menurut Lorens Bagus (dalam Muhajir, 2001) dalam ontologi terdapat tiga tingkatan abstraksi, yaitu abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik menampilkan keseluruhan sifat khas sesuatu objek, sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Terakhir abstraksi metafisik mengetengahkan prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realitas.
Selanjuntnya Laurens Bagus membedakan ada dua metode pembuktian dalam ontologi, yaitu : pembuktian a priori dan pembuktian a posteriori. Pembuktian a priori disusun dengan meletakkan term tengah berada lebih dahulu dari predikat dan pada kesimpulan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan.
Contoh :     Sesuatu yang bersifat lahirah itu fana     (Tt-P)
                   Badan itu sesuatu yang lahiri                  (S-Tt)
                   Jadi, badan itu fana’                                (S-P)
Sedangkan pembuktian a posteriori secara ontologi, term tengah ada sesudah realitas kesimpulan dan term tengah menunjukkan akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan. Pembuktian a posterioris disusun dengan tata silogistik sebagai berikut:
Contoh :          Gigi geligi itu gigi geligi rahang dinasaurus              (Tt-S)
                        Gigi geligi itu gigi geligi pemakan tumbuhan            (Tt-P)
                        Jadi, Dinausaurus itu pemakan tumbuhan                  (S-P)
Perbedaan tata silogistik pembuktian a priori dengan a posteriori terletak pada hubungan term tengah (Tt) dengan predikat dan subyek. Pembuktian a priori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan predikat dan term tengah menjadi sebab dari kebenaran kesimpulan, sedangkan pembuktian  a posteriori di berangkatkan dari term tengah di hubungkan dengan subjek  danterm tengah menjadi akibat dari realitas dalam kesimpulan.[2]

7.    Aliran-Aliran Ontologi
Dalam mempelajari ontologi muncul beberapa pertanyaan yang kemudian melahirkan aliran-aliran dalam filsafat. Dari masing-masing pertanyaan menimbulkan beberapa sudut pandang mengenai ontologi. Pertanyaan itu berupa “Apakah yang ada itu? (What is being?)”, “Bagaimanakah yang ada itu? (How is being?)”, dan “Dimanakah yang ada itu? (What is being?)”.
Menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, lahirlah 5 (lima) aliran dalam filsafat, yaitu:
1)    Aliran Monoisme.
Aliran ini berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu, tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik yang asal berupa materi ataupun berupa ruhani. Tidak mungkin ada hakikat masing-masing bebas dan berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok dan dominan menentukan perkembangan yang lainnya. Plato adalah tokoh filsuf yang bisa dikelompokkan dalam aliran ini, karena ia menyatakan bahwa alam ide merupakan kenyataan yang sebenarnya.
Paham ini kemudian terbagi ke dalam dua aliran yaitu aliran materialisme dan aliran idealisme. Aliran materialisme menganggap bahwa yang asal itu materi bukan rohani. Aliran ini sering juga disebut dengan Naturalisme. Menurut aliran ini zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta.  Seperti dijelaskan Rapar dalam Soetriono & Hanafie (2007), bahwa materialisme menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Bagi mereka, yang ada sesungguhnya adalah keberadaan yang semata-mata bersifat material atau sama sekali tergantung pada material. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh bapak filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Ia berpendapat bahwa unsur asal adalah air, karena pentingnya bagi kehidupan.  Kemudian Anaximander (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara, dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Demokritos (460-370 SM) berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat dihitung dan amat halus. Atom-atom itulah yang merupakan asal kejadian alam.
Sedangkan aliran idealisme menganggap bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Ditegaskan oleh Rapar dalam Soetriono & Hanafie (2007), bahwa bagi aliran ini, segala sesuatu yang tampak dan terwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia idea.

2)   Aliran Dualisme
Aliran dualisme adalah aliran yang memadukan antara dua paham yang saling bertentangan antara materialisme dan idealisme. Menurut aliran ini materi maupun ruh sama-sama merupakan hakikat. Paham yang serba dua aliran ini berpendapat bahwa di dalam dunia ini selalu dihadapkan pada dua pengertian, yaitu ‘yang ada sebagai potensi’ atau disebut juag materi (hule) dan ‘yang ada secara terwujud’ atau disebut juga bentuk (eidos).
3)   Aliran Pluralisme
Aliran Pluralisme bertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya nyata. Kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara. Sedangkan tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910 M), yang mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal yang mengenal.

4)   Aliran Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Aliran  yang tidak mengakui validitas alternatif yang positif. Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang nihilisme sebenarnya sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, yaitu pada pandangan Gorgias (485-360 SM) yang memberikan tiga proposisi tentang realitas, yaitu: (1) tidak ada sesuatupun yang eksis, (2) bila sesuatu itu ada, maka ia tidak dapat diketahui, dan (3) sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain.
Tokoh lain aliran ini adalah Friedrich Nietzche (1844-1900 M). Dalam pandangannya dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Mata manusia tidak lagi diarahkan pada suatu dunia di belakang atau di atas dunia di mana ia hidup.
5)   Aliran Agnostisisme
Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Kata agnostisisme berasal dari bahasa Yunani Agnostos. Dalam bahasa Inggris berpadanan dengan kata unknown artinya tidak diketahui, tidak dikenal. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Tokoh aliran ini adalah Soren Kierkegaar (1813-1855 M) yang terkenal dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme, yang menyatakan bahwa manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku umum, tetapi sebagai aku individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam sesuatu orang lain. Selanjutnya ada Martin Heidegger (1889-1976 M), yang mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri dan Jean Paul Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat beradanya manusia bukan entre (ada), melainkan a entre (akan atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.

8.    Penutup
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa simpulan, di antaranya:
1)   Ontologi merupakan kajian filsafat ilmu yang membahas tentang hakikat segala sesuatu yang ada, baik kongkrit maupun abstrak.
2)   Obyek kajian ontologi adalah hakikat seluruh realitas, baik kuantitas maupun kualitas.
3)   Konsep Ontologi meliputi (1) Umum dan tertentu, (2) Kesengajaan (substance) dan ketidaksengajaan (accident), (3)  Abstrak dan kongkrit,  (4) Esensi dan eksistensi dan (5) Determinisme dan indeterminisme.
4)   Metode pembuktian dalam Ontologi dibagi dua, yaitu a priori dan a posteriori
5)   Aspek ontologis pengembangan ilmu pengetahuan hendaknya diuraikan secara (1) metodis, sistematis, koheren, rasional, komprehensif, radikal, dan universal.
6)   Aliran-aliran Ontologi terdiri dari (1) Monoisme, meliputi materialisme dan idealisme, (2) Dualisme, (3) Pluralisme, (4) Nihilisme dan (5) Agnostosisme.



Daftar Pustaka

Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Muhadjir, Noeng. 2001. Filsafat Ilmu. Yogjakarta:Rake Sarasin.  
Rakhmadanti, Suci. Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi. Online: http://cacink252.blogspot.com/2013/05/ontologi-epistemologi-dan-aksiologi.html,  diakses pada 27 September 2013
Soetriono & Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Suriasumantri, Jujun.S. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan

 

baca selengkapnya...